Mengalir air matanya membasahi pipi ayu gebu,
jernih sejernihnya
dengan iringan melodi sendu
meleret, merajuk dan sesekali mencebek
sedih dan haru.
Tangisan itu membasahkan kolar baju,
lengannya mengesat-ngesat tangisan itu
biarpun tak berhenti tapi esak-esak suaranya silih berganti
menangis dan menangis lagi.
Mengapa sampai berlagu tangisan itu,
merajuk,
dihempuk,
terhantuk,
atau pilu hati terluka
kecewa,
merasa,
lapar,
sengsara,
atau ditinggal pergi merindu sendiri.
Dia menangis lagi,
hingga tenggelam punca.
Nukilan
Muhammad Zahidil Zahid