Adat dan beradablah,
sesungguhnya lontaran kata berbisa
tajamnya menusuk jiwa
merobek hati menadah telinga
walau sipi yang terkena jelaga.
Berbuku perasaan membatu,
dendam kesumat bertahta murka
menunggu tempias meletus bara
biar berkecai tetap menyala.
Tunggu padam tidak akan ada,
simpanan dan tabungan bukan taruhan
genggaman terasa besar dan berat
bukan berkat tetapi langkah khianat
membakar unggun kecewa dan dosa
semakin marak menjulang derita.
Diluah mati emak,
ditelan mati bapak
diikut merana hati
dibiar terseksa diri
ditambat terkapar-kapar
dilepas terhambat-hambat
dicari mana ekor
dibelek mana kepala
kunyah, mamah bersepah.
Tersembur bicara dusta,
bernaung falsafah nista
bergema sumpah seranah
maka
patutkah aku luahkan.
Nukilan,
MUHAMMAD ZAHIDIL ZAHID
Rabu, 29 Januari 2020
Selasa, 28 Januari 2020
PERGILAH
Suara itu kian sayu
berbisik-bisik
berkata tanpa bahasa.
Mata itu makin kuyu
berkedip-kedip
memandang dengan layu.
Tangan itu sudah lesu
terketar-ketar
diangkat tanpa tenaga
Aku merenung dengan pilu
terkumat-kamit
membaca doa dan ayat Quran
sesekali mengalir air mata
mengenang memori lalu
Senyum meleret tersipu
aku rela pemergian itu
pergilah
NUKILAN
Muhammad Zahidil Zahid
Tenang di sana sahabatku.
berbisik-bisik
berkata tanpa bahasa.
Mata itu makin kuyu
berkedip-kedip
memandang dengan layu.
Tangan itu sudah lesu
terketar-ketar
diangkat tanpa tenaga
Aku merenung dengan pilu
terkumat-kamit
membaca doa dan ayat Quran
sesekali mengalir air mata
mengenang memori lalu
Senyum meleret tersipu
aku rela pemergian itu
pergilah
NUKILAN
Muhammad Zahidil Zahid
Tenang di sana sahabatku.
Langgan:
Catatan (Atom)